Sejarah Puisi di Indonesia
1. Pengertian Puisi
Puisi adalah karya sastra yang menggunakan bahasa sebagai media utama untuk mengekspresikan perasaan, pengalaman, dan gagasan dengan cara yang padat, indah, dan bermakna. Puisi berbeda dengan prosa karena lebih menonjolkan irama, diksi, rima, dan makna konotatif.
2. Perkembangan Sejarah Puisi Indonesia
A. Zaman Puisi Lama (Sebelum 1940)
Puisi lama adalah bentuk puisi yang lahir dan berkembang dalam masyarakat tradisional sebelum pengaruh modern masuk. Ciri khasnya terikat oleh aturan yang ketat seperti jumlah baris, rima, dan irama.
Jenis-jenis puisi lama:
- Pantun: Terdiri dari 4 baris (2 sampiran, 2 isi) dengan rima a-b-a-b.
Contoh:
Pulau pandan jauh di tengah,
Gunung Daik bercabang tiga. - Gurindam: Terdiri dari 2 baris dengan hubungan sebab-akibat.
Contoh:
Barang siapa mengenal yang empat,
maka ia itulah orang yang ma’rifat. - Syair: Biasanya 4 baris, semuanya isi, rima a-a-a-a, banyak dipengaruhi budaya Arab dan Melayu.
- Mantra: Ucapan magis dalam upacara adat, dipercaya memiliki kekuatan spiritual.
B. Zaman Puisi Baru (1940–1960-an)
Puisi baru muncul sebagai bentuk pembaruan terhadap puisi lama. Aturannya lebih bebas, mengutamakan ekspresi perasaan dan ide.
Ciri-ciri puisi baru:
- Tidak terikat aturan lama (jumlah baris, rima bebas)
- Diksi lebih modern dan lugas
- Mengandung nilai individualitas dan kebebasan ekspresi
Tokoh-tokoh penting:
- Chairil Anwar (Pelopor Angkatan ’45): puisinya seperti “Aku”, “Karawang-Bekasi”, menggambarkan semangat perjuangan dan eksistensialisme.
- Amir Hamzah (Angkatan Pujangga Baru): dikenal dengan puisinya yang religius dan romantis, seperti “Padamu Jua”.
- Sanusi Pane, Rustam Effendi, dan J.E. Tatengkeng juga berkontribusi dalam periode ini.
C. Zaman Puisi Modern (1960–1980-an)
Puisi Indonesia mulai mengalami eksplorasi bentuk dan gaya. Penyair tidak hanya mengekspresikan perasaan pribadi, tetapi juga refleksi sosial, politik, dan filsafat.
Ciri-ciri:
- Bentuk lebih bebas, bahkan cenderung eksperimental
- Banyak menggunakan simbol dan metafora
- Bahasa kadang sulit dipahami (abstrak dan reflektif)
Tokoh-tokoh:
- Rendra (dikenal dengan puisi pamfletnya yang kritis terhadap pemerintah)
- Sapardi Djoko Damono (puisi lirikal dan reflektif, misalnya “Aku Ingin”)
- Taufiq Ismail (puisi perjuangan dan sosial)
- WS Rendra, Sutardji Calzoum Bachri, Goenawan Mohamad
D. Zaman Puisi Kontemporer (1980-an – Sekarang)
Puisi kontemporer merupakan bentuk puisi yang sangat bebas dan inovatif, sering kali melebur dengan seni lain seperti musik, teater, atau visual.
Ciri-ciri:
- Tidak terikat bentuk sama sekali
- Menggunakan bahasa sehari-hari, kadang prosaik
- Bersifat lintas media (puisi visual, puisi digital, puisi performatif)
- Mengangkat isu sosial, politik, identitas, dan lingkungan
Tokoh-tokoh:
- Sutardji Calzoum Bachri (dijuluki “Presiden Penyair Indonesia”, menganggap kata memiliki ruh)
- Afrizal Malna (puisi urban dan visual)
- Joko Pinurbo (puisi jenaka, reflektif, dan penuh ironi)
- Wiji Thukul (puisi perlawanan dan rakyat kecil)